Assalamu’alaykum Wr. Wb.
Minggu-minggu ini adalah salah satu masa yang cukup berat…
Ujian datang satu per satu…
- Adanya kesalahan tempat lahir pada transkip nilai kuliah. Harusnya Ciamis malah Cisaga…
- Sama sekali belum bisa berbuat banyak di Departemen Ekonomi Gamais untuk mempublikasikan Pass TPB…
- Kurangnya SDM dan dana yang menimpa Pembinaan Adik Asuh (PAA) Gamais…
- Menjadi panitia Daurah Pra Kampus SMAN 3 Bandung saat acara Masa Bina Cinta (MBC) HME berlangsung…
- MBC HME yang cukup banyak tugasnya…
- Nggak enak nelen… –> Doain biar nggak sakit, ya! 🙂
- Penyakit hati mulai timbul (lagi)…
- Menyakiti hati seseorang…
- Dan banyak lagi…
Wah, kalau di list banyak juga, ya? Yang mau dibahas kali ini adalah mengenai poin ke delapan : Menyakiti hati seseorang.
Hanya kurang dari empat jam yang lalu, Karafuru San secara egois mengatakan sesuatu yang menyakitkan bagi orang yang dituju. Keegoisan itu muncul (mungkin) akibat ketidakberterimaan atas apa yang didengar dan dilihat. Entah kenapa penyakit itu tiba-tiba muncul dan menguasai diri.
Sebetulnya inti dari apa yang disampaikan itu baik. Tapi karena keegoismean diri yang lebih diutamakan, maka jadinya… Penyampaiannya tidak seperti apa yang seharusnya, dan akhirnya malah berujung pada penonjolan keegoisan.
Sebagai seseorang yang sebetulnya cukup sering (biasa) menonjolkan keegoisan, hal itu seharusnya bisa ditahan. Tapi kadang, seperti contoh yang dialami tadi sore, adanya kebutaan hati untuk menerima kenyataan dan ketersediaan kebenaran nggak bisa menahannya. Alhasil, saat ini seseorang tadi pasti enggan mengingat pemilik KarafuruWorld ini.
Yah, bagaimanapun juga itu adalah kesalahan pribadi yang egois.
Karakter yang memiliki ego tinggi biasanya nggak bisa menahan perasaan saat ada sesuatu yang mengusik hatinya. Sama seperti pohon pinus yang rapuh jika terkena hujan dan badai, seseorang yang memiliki ego tinggi cenderung untuk memperlihatkan emosinya secara langsung baik tersembunyi ataupun nggak. Kadangkala pemaksaan kehendak pun menjadi salah satu sifat pemilik ego tinggi.
Biasanya, pemilik ego tinggi agak sulit diubah. Kebiasaan yang diturunkan dari salah satu orang tua, adanya lingkungan yang memang bisa cocokuntuk itu, dan tidak adanya minimal seseorang yang selalu mengingatkan menjadi faktor yang menyebabkan sulitnya mengubah ego.
Untuk orang-orang di sekitarnya pun dituntut untuk bisa senggaknya mengingatkan agar mereka bisa terhindar dari perwujudan ego itu…
Ceritanya sama dengan seperti saat kita ingin menyebrangkan sepeda ke seberang jalan. Sepeda merupakan analogi dari sesuatu yang baik. Saat kita hanya melihat ada nggaknya kendaraan dari satu arah saja dan langsung menyeberang, maka kita akan celaka.
Sama, jika kehendak kita (walaupun pada dasarnya amat baik) disampaikan dengan cara yang salah (hanya melihat dari sisi apa yang terjadi saat ini, nggak juga melihat apa yang akan terjadi setelah ini) maka kita akan celaka tertabrak oleh sebuah kesalahpahaman yang bisa menimbulkan penyesalan…
Semoga siapapun yang memiliki sifat dasar ego yang tinggi bisa mengontrol kehendaknya.
Harapan pribadi, semoga seseorang yang dalam empat jam ini merasa telah tersakiti dapat memaafkan keegoisan yang sangat tampak dari seorang Karafuru San… Afwan, jiddan, ya… Maaf…
Assalamu’alaykum Wr. Wb.