Karena Waktu Tak Bisa Kembali…

basmallah
Assalamu’alaykum…

Saat tua nanti, ketika duduk bersimpuh di depan cucu-cucu, kita
mungkin akan bercerita, “Dulu kakek itu….” atau “Dulu nenek itu…”. Dan semua kisah perjalanan hidup akan kita putar untuk diperdengarkan kepada mereka dengan harap mereka mau belajar dari semua yang sekarang menjadi catatan sejarah.

Sewaktu wajah sudah mulai keriput, tak tampan atau cantik lagi, kita
mencoba memberikan senyum termanis agar tetap mempesona, “Kakek itu dulu ganteng, senyum menawan, banyak gadis yang
tertarik….” Atau, “Dulu nenek jadi primadona, banyak lelaki antri untuk
melamar…”. Dan seiring hal itu, sesungguhnya kita tengah
meratapi betapa tak berharganya keelokan wajah saat tua tiba…

Saat rapuh nanti, ketika kaki ini begitu berat untuk diangkat, kita pun
bercerita, “dulu kakek (atau nenek) anak gaul, sering pergi ke banyak tempat, banyak negara hebat…”. Dan saat itu kita pun menangis, menyesal karena selagi muda tak banyak melangkahkan kaki ke masjid, ke tempat-tempat kajian ilmu agama, atau menjelajahi rumah-rumah yatim piatu dan fakir miskin untuk mengulurkan bantuan.

Ketika mata ini rabun, tak mampu lagi membaca bahkan huruf-huruf yang diperbesar sepuluh kali lipat, kita bercerita, “kakek itu dulu kutu buku, ribuan buku sudah kakek baca sehingga banyak ilmu yang kakek
pelajari…” atau “nenek dulu up-to-date, nggak ada satupun mode pakaian baru yang terlewatkan setiap harinya dari majalah-majalah mode…”. Dan saat itu, kita pun tak kuasa membendung kesedihan, karena di antara ribuan buku yang rajin kita baca, kita lupa
menyelipkan Al-Quran diantaranya, untuk menikmati pesan-pesan terkandung di dalamnya.

Kala tua menyapa nanti, akal tak mampu lagi bekerja banyak. Pikun menjadi penyakit utama, lupa sudah apa-apa yang dulu pernah menjadi prestasi terbaik, maka kita pun memaksa bercerita, “dulu kakek…. eh lupa…” atau “Dulu nenek… Mm… Apa, ya?”. Dan satu-satunya yang kita ingat saat itu adalah, dulu ketika muda pun kita memang
kerap terlupa, lupa beribadah, lupa berzakat, lupa bersedekah dan
infak, lupa pula membenahi kekurangan dalam diri.

Sahabat Karafuruworld, sekarang, sebelum kita benar-benar tua. Selagi wajah masih tampan dan cantik, mumpung tenaga masih kuat, kaki masih mampu jauh melangkah, dan yang pasti selagi usia masih menyatu dengan raga, mari lakukan yang terbaik untuk bisa kita ceritakan kelak untuk anak dan cucu di hari tua. Agar mereka mendapatkan pelajaran berharga dari lidah-lidah yang gemetar bercerita pengalaman masa lalu yang selalu indah. Itu hanya bisa
dimulai dari sekarang, sebelum masa tua itu tiba.
Karena waktu tak bisa kembali…

Wassalamu’alaykum…

(diadaptasi dari tulisan Kang Bayu Gautama, juga dari warnaislam)
Long road

3 responses to “Karena Waktu Tak Bisa Kembali…

  1. Owh,
    Bayu gautama yak?
    Sy br bc yg ‘berhenti sejenak melihat lbh dlm u/ mmperbaiki diri’
    Nice book,

    >>Kebetulan Karafuru San semilis dengan beliau… Hm… Belum baca bukunya yang itu, eung… Mau minjemin? ^_^!

  2. jadi inilah yang di sebut menyesal di awal ya…

    nice.. 🙂

    >>Smoga kita nggak termasuk orang yang menyesal di awal…
    Thanks… 🙂

Leave a comment